My FLP, My First Love

Rabu, 20 April 2016

Yakin Umroh!

Bulan Januari lalu, setelah membaca buku Moslem Millionaire-nya Ippho Santosa, perasaan haru langsung meliputi saya. Tiba-tiba saya ingin umroh. Hati saya langsung rindu pada ka’bah. Padahal saya belum pernah ke sana sama sekali. Ketika itu dalam pikiran saya, sedikit-sedikit Ka’bah, sedikit-sedikit Mekah.
Orang bijak pernah bilang kalau kita ingin sesuatu, tuliskan, bayangkan, visualisasikan, lalu wujudkan. Sontak, saya ganti semua foto profil social media saya dengan gambar ka’bah. Dan dalam buku kecil yang sering saya bawa, saya menuliskan kalimat yang bunyinya “Saya dan isteri harus umroh plus Turki tanggal 30 Maret 2017”. Tujuannya agar saya selalu ingat keinginan itu.
Hidup ini harus memiliki cita-cita besar. Bukankah bercita-cita besar berarti percaya Tuhannya maha besar? Lalu bagaimana ongkosnya? Saya yakin Allah akan memberi jalan, dan saya sangat yakin Allah akan memampukan. Meski ongkos umroh plus Turki sekitar 40 jutaan, itu tidak mahal bagi Allah. Murah, murah sekali. Bukankah Allah yang memiliki semua yang ada di dunia ini? Bukankah Allah maha kaya? Kalau kita bilang itu mahal, berarti belum ada mental kaya di dalam diri. Kalau tidak yakin kita bisa, itu sama saja dengan menyepelekan Allah.
Ada orang ditanya, “Bapak, mau umroh tidak?” “Boro-boro umroh, buat makan saja susah, buat bayar cicilan saja ngos-ngosan.” Loh, tadi kan ditanya mau umroh atau tidak. Kok jawabnya tidak nyambung? Saya jadi senyum-senyum sendiri. Banyak orang-orang yang mampu, tapi mereka beralasan tidak punya waktu atau fisik sudah tidak kuat. Padahal saya sering lihat diberita, banyak orang yang tidak kaya tapi mereka mampu umroh. Banyak nenek dan kakek, tapi mereka kuat umroh. Bukankah Allah yang akan memampukan kita? Saya kira keinginan yang tidak kuat menjadi ketidakmampuan kita.
Yuk, selagi masih ada umur, niatkan untuk bisa minimal sekali seumur hidup mengunjungi Ka’bah, umroh atau haji. Jangan mikirin ongkosnya, yang penting niat dulu. Soal dimampukan atau tidak, itu tergantung apakah kita layak atau tidak dipilih Allah. Itu saja.

Salam dari saya-Apen Sumardi McCalister

Tidak ada komentar:

Posting Komentar