Bulan
Januari lalu, setelah membaca buku Moslem Millionaire-nya Ippho Santosa,
perasaan haru langsung meliputi saya. Tiba-tiba saya ingin umroh. Hati saya
langsung rindu pada ka’bah. Padahal saya belum pernah ke sana sama sekali. Ketika
itu dalam pikiran saya, sedikit-sedikit Ka’bah, sedikit-sedikit Mekah.
Orang
bijak pernah bilang kalau kita ingin sesuatu, tuliskan, bayangkan,
visualisasikan, lalu wujudkan. Sontak, saya ganti semua foto profil social
media saya dengan gambar ka’bah. Dan dalam buku kecil yang sering saya bawa, saya
menuliskan kalimat yang bunyinya “Saya dan isteri harus umroh plus Turki
tanggal 30 Maret 2017”. Tujuannya agar saya selalu ingat keinginan itu.
Hidup
ini harus memiliki cita-cita besar. Bukankah bercita-cita besar berarti percaya
Tuhannya maha besar? Lalu bagaimana ongkosnya? Saya yakin Allah akan memberi jalan,
dan saya sangat yakin Allah akan memampukan. Meski ongkos umroh plus Turki sekitar
40 jutaan, itu tidak mahal bagi Allah. Murah, murah sekali. Bukankah Allah yang
memiliki semua yang ada di dunia ini? Bukankah Allah maha kaya? Kalau kita
bilang itu mahal, berarti belum ada mental kaya di dalam diri. Kalau tidak
yakin kita bisa, itu sama saja dengan menyepelekan Allah.
Ada
orang ditanya, “Bapak, mau umroh tidak?” “Boro-boro umroh, buat makan saja
susah, buat bayar cicilan saja ngos-ngosan.” Loh, tadi kan ditanya mau umroh
atau tidak. Kok jawabnya tidak nyambung? Saya jadi senyum-senyum sendiri. Banyak
orang-orang yang mampu, tapi mereka beralasan tidak punya waktu atau fisik
sudah tidak kuat. Padahal saya sering lihat diberita, banyak orang yang tidak
kaya tapi mereka mampu umroh. Banyak nenek dan kakek, tapi mereka kuat umroh. Bukankah
Allah yang akan memampukan kita? Saya kira keinginan yang tidak kuat menjadi
ketidakmampuan kita.
Yuk,
selagi masih ada umur, niatkan untuk bisa minimal sekali seumur hidup
mengunjungi Ka’bah, umroh atau haji. Jangan mikirin ongkosnya, yang penting
niat dulu. Soal dimampukan atau tidak, itu tergantung apakah kita layak atau
tidak dipilih Allah. Itu saja.
Salam dari saya-Apen
Sumardi McCalister
Tidak ada komentar:
Posting Komentar