My FLP, My First Love

Sabtu, 04 Juli 2015

Mau jadi Manusia Sebab atau Manusia Akibat?

Manusia Sebab atau Manusia Akibat


Kadang kita sering menyalahkan orang lain atau kondisi ketika kita tertimpa masalah. Menggerutu karena apa yang terjadi tidak sesuai yang kita inginkan. “ Semua ini gara-gara dia” atau  “Kalau saja tidak hujan pasti aku tidak terlambat ke sekolah”. Pernahkan kamu seperti itu? Manusia akibat selalu melihat dirinya sebagai korban atau akibat dari situasi dan lingkungan sekitarnya. Saat dirinya tidak menghasilkan sesuatu yang baik, manusia jenis ini akan menyalahkan kondisi yang menurutnya tidak kondusif untuk menghasilkan yang terbaik. Ia adalah produk dari keadaan sekitarnya. Manusia jenis ini juga disebut manusia reaktif.

Sewaktu masih anak-anak, kami gemar sekali mengganggu anjing galak milik orang kaya. Anjing ini dikurung dalam pagar yang diselimuti kawat ram sehingga tembus pandang. Anak-anak biasanya menyambit anjing yang sedang santai tiduran dengan kerikil. Merasa terusik, anjing menjadi murka dan menyalaki anak-anak yang pengganggunya. Anak-anak tertawa senang. Kami lalu membalasnya dengan menirukan gonggongannya. Anjing ini semakin sewotkarena tidak bisa membalas perbuatan iseng kami. Dia hanya bisa menggonggong yang lebih keras sehingga mengusik majikannya. Ketika sang majikan menampakkan wajah terganggunya, maka kami segera kabur sambil tertawa karena sekali lagi berhasil mengerjai anjing galak [dan pemiliknya].

Dalam banyak hal, orang yang bersikap reaktif itu seperti anjing yang diganggu oleh anak-anak. Orang yang reaktif akan serta merta merespon rangsangan yang datang kepadanya. Ketika ada orang yang menyinggung dirinya, dengan segera dia akan melakukan aksi balasan. Ketika melakukan kesalahan, dia segera mencari cara untuk membenarkan tindakannya. Ketika ada yang mengusik kenyamanan hidupnya, dia akan segera melakukan aksi balas dendam. Ketika ada orang yang melecehkan sosok yang dihormatinya, maka dia segera beraksi untuk membuat jera si pelaku.

Orang yang reaktif dapat juga diibaratkan dengan kaleng minuman soda. Jika ada orang yang menggucang-guncangkannya, maka secara spontan dia akan muncrat dan berbuih. Seumpama air, dia mudah sekali mencapai titik didihnya.
Kamu tahu ciri-ciri manusia akibat atau manusia reaktif? Di bawah ini ciri-cirinya:
  • ·         Respon dari orang yang reaktif terhadap stimulus merupakan fungsi dari pengkondisian dan kondisi mereka. Dengan kata lain respon dari orang yang reaktif ini merupakan produk dari kondisi mereka berdasarkan perasaan.
  • ·         Seringkali menyalahkan keadaan , kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka
  • ·         Dipengaruhi oleh lingkungan social mereka. Jika lingkungan menurut mereka menyenangkan , mereka pun akan senang, begitu pun sebaliknya.
  • ·         Digerakkan oleh perasaan, keadaan, kondisi dan lingkungan.
  • ·         Bahasa-bahasa reaktif: “tidak ada yang dapat saya lakukan”, “memang sudah begitulah saya”, “saya terpaksa melakukan itu”, “seandainya saja”

  • Terburu-buru dalam mengambil tindakan. Seperti petasan yang bersumbu pendek.
  • Mengejar-ngejar orang lain untuk membereskan persoalannya.
  •  Bersikap subjektif dan sangat melindungi diri.
  • Kabur ke arah yang lain
  • Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
  • Kurang memiliki rasa humor atau menganggap humor itu membuang waktu dan tenaga saja.
  • Mencari dukungan pihak lain.
  • Berkata, “ada orang yang menuduhku………”
  • Bertindak berlebihan [melebihi tanggungjawabnya] atau menghindar dari tanggungjawab.
  • Suka menggurui dan berharap orang lain menjadi pengikutnya.
  • Merebut tanggungjawab yang menjadi porsi orang lain.
  • Gampang kagetan dan merasa tak bersalah meski telah menyababkan kekacauan besar.
  • Pendendam
  • Menyingkirkan orang yang menghalangi lamgkahnya.
  • Pemahamannya hanya sebatas bagaimana cara membela diri.
  • Selalu merasa terancam.
  • Merasa bertanggungjawab untuk melindungi orang lain.
  • Merasa benar sendiri.
  • Selalu mengeluh

Sementara itu, ada manusia yang disebut “ Manusia Sebab”. Manusia jenis ini adalah manusia yang tidak menyalahkan situasi sekitar, saat segalanya tidak berlangsung dengan baik. Manusia jenis ini adalah variable tetap, sedangkan variable perubahnya ada pada dirinya sendiri.

Bagi Manusia Sebab, cuaca tak mungkin diubah; takdir tak dapat diubah; iklim tak dapat dikendalikan; kesialan bisa terjadi kapan saja; namun Manusia Sebab selalu berpikir bagaimana cara mengatasi kondisi luar yang tidak menguntungkan tersebut. Ada pula orang yang menyebut manusia ini sebagai manusia proaktif.

Tiger Wood, pegolf yang terkenal itu pernah ikut dalam salah satu turnamen di British Champion dan permainannya betul-betul buruk sepanjang sejarah kariernya sebagai pegolf professional. Kondisi cuaca memang sangat tidak menguntungkan dan banyak yang menyalahkan cuaca yang menghalangi performa para pegolf. Yang menarik ialah bahwa, meskipun dapat menyalahkan cuaca yang buruk, dan orang-orang pun akan maklum mengenainya, Tiger Wood hanya mengatakan, “cuaca selalu menjadi tantangan bagi setiap pegolf professional. Kali ini ekmampuan saya ditantang untuk menghadapi kondisi cuaca yang tidak menguntungkan ini”

Saat diwawancara, Tiger Wood tidak menyalahkan kondisi cuaca yang kurang baik. Ia melihat dari sisi kemapuannya yang masih belum bisa menaklukan cuaca yang tidak menguntungkan itu. Sebagai pegolf professional, Tiger Wood tahu bahwa dialah yang harus mengendalikan kondisi dan situasi yang tidak menguntungkan, dan bukannya menyalahkan kondisi tersebut. Dalam hal ini, Tiger Wood memiliki mental sebagai Manusia Sebab, bukan Manusia Akibat.

Jadi, harus jadi orang proaktif apa reaktif?
Pada suatu hari, terdapat orang sebut saja A yang sedang membuat sesuatu, anggap lah barang buatannya itu sudah cukup bagus bagi si A. Lalu datang orang lain sebut saja B, menilai barang yang dibuat oleh A. Demikian dialog yang terjadi diantara keduanya
B : ini barang buatanmu A? hanya segini saja? ah yang benar saja kamu
apakah tanggapan A? jika A menanggapinya dengan
A : memangnya kau pernah membuat barang seperti ini? lebih bagus kah dengan yang aku buat?
atau dengan
A : oh begitu ya, bagian mana yang kau anggap “segini saja”? apakah ada masukan untukku agar lain kali bagian yang kau anggap “segini saja” akan menjadi lebih baik ke depannya.
untuk kasus diatas bolehlah perkataan pertama si B kepada A adalah suatu provokasi. Kemudian pernyataan pertama A adalah sikap reaktif, dan perkataan kedua dari A adalah sifat proaktif. Terserah bagaimana kita menilainya dua tanggpan tersebut. Tapi ada dua hal dasar yang sangat berbeda efeknya jika kita memilih reaktif atau proaktif.

Tanggapan reaktif, hanya membuat si provokator bersorak sorai gembira. Karena tanggapan ini amat mudah di eksploitasi lebih lanjut. Mengapa? karena tanggapan ini TIDAK berbicara tentang konten yang dibawa oleh si provokator melainkan mengalihkan topik pembicaraan saja lalu menyerang personal dari si provokator.

Tanggapan proaktif tentu jauh lebih baik karena kita menuntut si provokator untuk ikut berpikir lagi tentang apa yang dilontarkannya ke kita. Jika si provokator ini asal bicara ke kita, tentu akan kelihatan nantinya, apakah komentar dari si provokator ini benar-benar berbobot atau asal bunyi. 

Kalaupun benar-benar berbobot, tentu kita tidak ada ruginya, kita telah menemukan orang yang tepat dan yang mengerti tentang pekerjaan kita sehingga nantinya terdapat berbagai masukan positif ke kita.

Berikut ini adalah ciri-ciri orang proaktif;
·         Respon dari orang yang proaktif terhadap stimulus merupakan produk atau hasil dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai.
·         Tidak menyalahkan keadaan, kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka.
·         Tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, namun respon mereka terhadap stimulus tersebut , sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respon berdasarkan nilai tertentu.
·         Digerakkan oleh nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati.
·         Bahasa-bahasa proaktif; “ mari kita lihat alternative yang kita miliki”, “”saya dapat memilih pendekatan yang berbeda”, “saya akan memilih respon yang sesuai”, “ini salah saya dan saya akan bertanggung jawab”, “saya akan memperbaiki nilai ulangan saya”

Ada 2 jenis Lingkaran dalam Sikap Hidup Anda, berdasarkan Buku Stephen R Covey, 7 Habits, yakni Lingkaran Pengaruh dan Lingkaran Kepedulian.

1.  Lingkaran Pengaruh adalah Hal-hal yang berada dalam Pengaruh Anda sendiri dan Dapat Anda Kendalikan, Manfaatkan atau Daya Gunakan.  Hal yang menjadi Pilihan Anda baik Langsung atau Tidak Langsung.  Hal-hal dalam Lingkaran Pengaruh diantaranya adalah : Perkataan, Sikap Tubuh, Tindakan, Gerakan Tangan dan Kaki, Sorot Mata, Suasana Hati, Perasaan dan Emosi serta lainnya.  Hal yang mampu Anda Pengaruhi sebagai Pilihan adalah Hal dalam Lingkaran Pengaruh.

2.  Lingkaran Kepedulian adalah Hal-hal yang berada di Luar Jangkauan Anda untuk dapat dipengaruhi dan mengikuti kehendak Anda.  Anda tidak mampu mempengaruhi sedikitpun Hal tersebut untuk sesuai dengan keinginan.  Hal-hal dalam Lingkaran Kepedulian hanya bisa disikapi dengan Cara Anda membawa Diri Sendiri.  Semua Faktor diluar Kuasa Anda adalah Hal yang masuk dalam Lingkaran Kepedulian, seperti Atasan, Bawahan, Rekanan, Kolega, Cuaca, Jalan, Lingkungan dan lainnya.  Kemampuan dan Kemauan Anda menjaga Sikap Diri Sendiri berdampak terhadap Luas Lingkaran Kepedulian yang Mengecil dan Memperbesar Lingkaran Pengaruh
Lalu bagaimana caranya agar menjadi Manusia Sebab atau proaktif? Tips agar kita jadi orang yang proaktif.


#Pertama :  Bertanggung Jawab.

Tanggung jawab mengartikan bahwa kamu akan menyelesaikan apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dijadikan kewajiban dan tugas.  Kamu harus bertanggung Jawab dengan semua tindakan.  Kamu adalah pilot bagi Kehidupanmu sendiri dimana Baik dan Buruknya adalah Konsekuensi dari Pilihanmu sendiri.

#Kedua : Tindakan Sadar berdasarkan Nilai yang Diyakini.

Bertindak dengan pemikiran jelas dan kondisi tenang serta yakin akan dampak yang timbul merupakan salah satu pembelajaran sebagai pribadi yang proaktif.  Seorang pilot yang tengah menghadapi badai akan melakukan segala hal demi keselamatan pesawat dan penumpangnya.  kesadaran, keyakinan dan nilai atau prinsip sebagai pedoman pengambilan keputusan.

#Ketiga : Berpikir sebelum Bertindak.

Pada saat kamu sadar telah memilih sebuah keputusan untuk bertindak, tentu kamu telah melakukan analisa dan pemikiran mendalam.  Seorang pilot tidak akan Bertindak berdasarkan perasaan atau feeling semata, namun semua keputusan telah didasari pikiran dan analisa yang tepat serta akurat.  Hindari pengambilan keputusan pada saat suasana hati tengah galau karena sangat riskan menjadi keputusan yang buruk.

#Keempat : Kemampuan Mengambil Keputusan.

Keputusan tidak mudah untuk diambil, walau banyak masukan dan saran, karena ada konsekuensi dari akibat kamu telah melakukan pengambilan keputusan.  Dalam situasi buruk dan ekstrim pun kamu harus mengambil keputusan.  Sebagai seorang pilot yang tengah menghadapi badai, pilihanmu hanya dua : Bertindak aktif menyelamatkan penumpang atau pasrah membiarkan badai menghempas.

#Kelima : Berpikir Jernih.

Dalam situasi seperti apapun juga kamu dituntut untuk mampu berpikir tenang dan jernih.  Emosimu tidak terpancing oleh kondisi dan situasi.  Istilah umum adalah hati boleh Panas kepala tetap dingin.  Ditengah badai seorang pilot dilarang untuk panik dan kalut sehingga mengambil keputusan yang salah.  Sebagai pilot kamu harus tetap tenang dan mengambil keputusan terbaik.  Walau jantung berdegup kencang dan hati guncang namun benak dan pikiranmu harus dijaga tetap jernih dan dingin.

#Keenam : Fokus.

Dalam artian setiap tindakanmu adalah fokus pada hal yang bisa diubah dan kamu cukup khawatir dengan hal yang sulit diubah.  Kamu tidak terpancing dengan lingkungan yang sulit sehingga menghilangkan arah dan tujuan.  Seorang pilot tidak akan menggerutu dengan badai yang datang tiba-tiba, namun berkonsentrasi memfokuskan pikiran dan tenaganya untuk melakukan yang terbaik melewati terjangan badai.

So, pilih mana? Manusia Sebab atau Manusia Akibat?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar