My FLP, My First Love

Senin, 26 September 2016

My FLP, My First Love Power

My FLP, My First Love Power
       Oleh Apen McCalister
Bagi orang yang pernah jatuh cinta, mungkin cinta pertama akan selalu terkenang manis. Segalanya terasa indah. Hidup menjadi seperti  musim semi di Jepang yang serba bunga sakura. Mungkin begitulah perasaan saya mengenal FLP, alias Forum Lingkar Pena. Di situlah desir-desir cinta hadir. Ngomong-ngomong soal cinta, Anda tahu Dr.Helen Fisher? Ia adalah seorang Biological Anthropologist yang melakukan penelitian terhadap cinta pandangan pertama. Penelitian itu didapatkan 41% pria dan 29% wanita mudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena saya lelaki, mungkin itulah alasan saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada FLP. Hehehe...
Mengenal FLP adalah bagian terindah dalam hidup saya. Kenapa? Akhirnya raksasa dalam tubuh ini (baca:jiwa) bisa bangun kembali setelah beberapa tahun tidur. Saya hampir melupakan dunia kepenulisan yang begitu saya gemari karena harus berkubang dalam dunia kerja. Yah, ibaratnya kehadiran FLP seperti oase di gurun pasir.
Ngomong-ngomong soal FLP, saya baru tahu belum lama ini. Bermula dari kegelisahan diri yang ingin terus menulis namun masih kebingungan akan ilmunya, akhirnya saya berkenalan dengan FLP di facebook. Waktu itu sedang open recruitment untuk angkatan baru. Tanpa ba bi bu saya langsung daftar. Dan kini, saya anggota pramuda angkatan 13 FLP Bekasi. By the way, nama saya Apen McCalister.
Tahukah Anda? Tembok China bisa berdiri gagah karena apa? Karena kecintaan sang penguasa terhadap negerinya. Taj Mahal bisa berdiri megah karena apa? Karena kecintaan seorang suami kepada istrinya. iPod, iPad, dan iPhone bisa hadir karena apa? Karena kecintaan sang founder terhadap teknologi. Lalu mengapa saya berada di tengah-tengah FLP? Karena kecintaan saya terhadap dunia tulis-menulis. Dengan slogan berbakti, berkarya, berarti FLP telah menebarkan kebaikan untuk negeri ini. Dan saya yakin sebuah sejarah besar hanya akan bisa diukir oleh orang yang membawa cinta yang besar.
FLP memberi power, kekuatan yang nyata. Buktinya saya kembali aktif menulis dengan gairah baru, semangat baru. Berkat dukungan teman-teman pramuda, kami semua saling mengingatkan untuk tetap menulis. Meneguk ilmu tulis-menulis, meraup pengalaman-pengalaman mentor, dan menemukan karakter-karakter kami. Imam Al-Ghazali berkata:: Kalau engkau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. Maksudnya walaupun kita bukan siapa-siapa namun memiliki tulisan yang menginspirasi, ketika sudah meninggal pun nama kita akan tetap hidup selamanya. Keren ‘kan? Hehehe. Hayo siapa yang mau?
Hari-hari terus bergulir, kegiatan merangkai kata-kata mulai kembali digeluti. Menulis artikel, cerpen, resensi, dan lain sebagainya. Berbagai event lomba mulai diikuti. Alhamdulillah, walaupun belum mendapat yang terbaik namun koleksi buku selalu bertambah karena dapat juara harapan. Contohnya buku-buku karya anggota FLP seperti Kitab Cinta & Patah Hati oleh Sinta Yudisia, Meski Cinta Saja Tak Pernah Cukup oleh Deasylawati, A Cup of Tarapuccino oleh Riawani Elyta & Rika Y. Sari, dan lainnya.
Sebelum mengenal FLP, obsesi saya adalah menjadi penulis buku terkenal dan best-seller. Padahal inti dari seorang penulis bukan begitu. Kak Sudi (Ketua FLP Jakarta) pernah bilang: Jangan menulis karena hanya ingin terkenal dan best-seller. Tapi menulislah seperti slogan FLP. Berbakti, berkarya, berarti. Berbakti, menulislah untuk berbakti pada negeri dan agama tercinta. Berkarya, menulislah untuk memiliki karya terbaik. Dan berarti, menulislah agar tulisan kita berarti dan menginspirasi orang banyak. Terkenal dan best-seller hanyalah efek ketika kita melakukan itu semua.

Melalui FLP saya lebih bisa memandang ke depan. Berani bermimpi besar, menantang masa depan. Saya hanya ingin menulis, memberikan banyak manfaat dan inspirasi melalui buku-buku saya nanti. Itulah mimpi saya, proposal hidup saya. Suatu saat ketika mimpi-mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan, maka FLP lah menjadi garda terdepan atas keberhasilan itu. Bagi saya FLP bukan sekedar wadah untuk menulis, but FLP, you are truly my first love power.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar