Kadang
kita sering menyalahkan orang lain atau kondisi ketika kita tertimpa masalah.
Menggerutu karena apa yang terjadi tidak sesuai yang kita inginkan. “ Semua ini
gara-gara dia” atau “Kalau saja tidak
hujan pasti aku tidak terlambat ke sekolah”. Pernahkan kamu seperti itu?
Manusia akibat selalu melihat dirinya sebagai korban atau akibat dari situasi
dan lingkungan sekitarnya. Saat dirinya tidak menghasilkan sesuatu yang baik,
manusia jenis ini akan menyalahkan kondisi yang menurutnya tidak kondusif untuk
menghasilkan yang terbaik. Ia adalah produk dari keadaan sekitarnya. Manusia
jenis ini juga disebut manusia reaktif.
Sewaktu masih anak-anak, kami gemar sekali mengganggu anjing
galak milik orang kaya. Anjing ini dikurung dalam pagar yang diselimuti kawat
ram sehingga tembus pandang. Anak-anak biasanya menyambit anjing yang sedang
santai tiduran dengan kerikil. Merasa terusik, anjing menjadi murka dan
menyalaki anak-anak yang pengganggunya. Anak-anak tertawa senang. Kami lalu
membalasnya dengan menirukan gonggongannya. Anjing ini semakin sewotkarena
tidak bisa membalas perbuatan iseng kami. Dia hanya bisa menggonggong yang
lebih keras sehingga mengusik majikannya. Ketika sang majikan menampakkan wajah
terganggunya, maka kami segera kabur sambil tertawa karena sekali lagi berhasil
mengerjai anjing galak [dan pemiliknya].
Dalam banyak hal, orang yang bersikap reaktif itu seperti anjing
yang diganggu oleh anak-anak. Orang yang reaktif akan serta merta merespon
rangsangan yang datang kepadanya. Ketika ada orang yang menyinggung dirinya,
dengan segera dia akan melakukan aksi balasan. Ketika melakukan kesalahan, dia
segera mencari cara untuk membenarkan tindakannya. Ketika ada yang mengusik
kenyamanan hidupnya, dia akan segera melakukan aksi balas dendam. Ketika ada
orang yang melecehkan sosok yang dihormatinya, maka dia segera beraksi untuk
membuat jera si pelaku.
Orang yang reaktif dapat juga diibaratkan dengan kaleng minuman
soda. Jika ada orang yang menggucang-guncangkannya, maka secara spontan dia
akan muncrat dan berbuih. Seumpama air, dia mudah sekali mencapai titik
didihnya.
Kamu tahu ciri-ciri
manusia akibat atau manusia reaktif? Di bawah ini ciri-cirinya:
- · Respon dari orang yang reaktif terhadap stimulus merupakan fungsi dari pengkondisian dan kondisi mereka. Dengan kata lain respon dari orang yang reaktif ini merupakan produk dari kondisi mereka berdasarkan perasaan.
- · Seringkali menyalahkan keadaan , kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka
- · Dipengaruhi oleh lingkungan social mereka. Jika lingkungan menurut mereka menyenangkan , mereka pun akan senang, begitu pun sebaliknya.
- · Digerakkan oleh perasaan, keadaan, kondisi dan lingkungan.
- · Bahasa-bahasa reaktif: “tidak ada yang dapat saya lakukan”, “memang sudah begitulah saya”, “saya terpaksa melakukan itu”, “seandainya saja”
- Terburu-buru dalam
mengambil tindakan. Seperti petasan yang bersumbu pendek.
- Mengejar-ngejar orang lain
untuk membereskan persoalannya.
- Bersikap subjektif dan
sangat melindungi diri.
- Kabur ke arah yang lain
- Mudah tersinggung, jengkel dan
marah.
- Kurang memiliki rasa humor atau
menganggap humor itu membuang waktu dan tenaga saja.
- Mencari dukungan pihak lain.
- Berkata, “ada orang yang menuduhku………”
- Bertindak berlebihan [melebihi
tanggungjawabnya] atau menghindar dari tanggungjawab.
- Suka menggurui dan berharap
orang lain menjadi pengikutnya.
- Merebut tanggungjawab yang
menjadi porsi orang lain.
- Gampang kagetan dan merasa tak
bersalah meski telah menyababkan kekacauan besar.
- Pendendam
- Menyingkirkan orang yang
menghalangi lamgkahnya.
- Pemahamannya hanya sebatas
bagaimana cara membela diri.
- Selalu merasa terancam.
- Merasa bertanggungjawab untuk
melindungi orang lain.
- Merasa benar sendiri.
- Selalu mengeluh
Sementara itu, ada manusia yang disebut “
Manusia Sebab”. Manusia jenis ini adalah manusia yang tidak menyalahkan situasi
sekitar, saat segalanya tidak berlangsung dengan baik. Manusia jenis ini adalah
variable tetap, sedangkan variable perubahnya ada pada dirinya sendiri.
Bagi Manusia Sebab, cuaca tak mungkin diubah;
takdir tak dapat diubah; iklim tak dapat dikendalikan; kesialan bisa terjadi
kapan saja; namun Manusia Sebab selalu berpikir bagaimana cara mengatasi
kondisi luar yang tidak menguntungkan tersebut. Ada pula orang yang menyebut
manusia ini sebagai manusia proaktif.
Tiger Wood, pegolf yang terkenal itu pernah
ikut dalam salah satu turnamen di British Champion dan permainannya betul-betul
buruk sepanjang sejarah kariernya sebagai pegolf professional. Kondisi cuaca
memang sangat tidak menguntungkan dan banyak yang menyalahkan cuaca yang
menghalangi performa para pegolf. Yang menarik ialah bahwa, meskipun dapat
menyalahkan cuaca yang buruk, dan orang-orang pun akan maklum mengenainya, Tiger
Wood hanya mengatakan, “cuaca selalu menjadi tantangan bagi setiap pegolf
professional. Kali ini ekmampuan saya ditantang untuk menghadapi kondisi cuaca
yang tidak menguntungkan ini”
Saat diwawancara, Tiger Wood tidak menyalahkan
kondisi cuaca yang kurang baik. Ia melihat dari sisi kemapuannya yang masih
belum bisa menaklukan cuaca yang tidak menguntungkan itu. Sebagai pegolf
professional, Tiger Wood tahu bahwa dialah yang harus mengendalikan kondisi dan
situasi yang tidak menguntungkan, dan bukannya menyalahkan kondisi tersebut.
Dalam hal ini, Tiger Wood memiliki mental sebagai Manusia Sebab, bukan Manusia
Akibat.
Jadi, harus jadi orang proaktif apa reaktif?
Pada
suatu hari, terdapat orang sebut saja A yang sedang membuat sesuatu, anggap lah
barang buatannya itu sudah cukup bagus bagi si A. Lalu datang orang lain sebut
saja B, menilai barang yang dibuat oleh A. Demikian dialog yang terjadi
diantara keduanya
B
: ini barang buatanmu A? hanya segini saja? ah yang benar saja kamu
apakah
tanggapan A? jika A menanggapinya dengan
A
: memangnya kau pernah membuat barang seperti ini? lebih bagus kah dengan yang
aku buat?
atau
dengan
A
: oh begitu ya, bagian mana yang kau anggap “segini saja”? apakah ada masukan
untukku agar lain kali bagian yang kau anggap “segini saja” akan menjadi lebih
baik ke depannya.
untuk
kasus diatas bolehlah perkataan pertama si B kepada A adalah suatu provokasi.
Kemudian pernyataan pertama A adalah sikap reaktif, dan perkataan kedua dari A
adalah sifat proaktif. Terserah bagaimana kita menilainya dua tanggpan
tersebut. Tapi ada dua hal dasar yang sangat berbeda efeknya jika kita memilih
reaktif atau proaktif.
Tanggapan
reaktif, hanya membuat si provokator bersorak sorai gembira. Karena tanggapan
ini amat mudah di eksploitasi lebih lanjut. Mengapa? karena tanggapan ini TIDAK
berbicara tentang konten yang dibawa oleh si provokator melainkan mengalihkan
topik pembicaraan saja lalu menyerang personal dari si provokator.
Tanggapan
proaktif tentu jauh lebih baik karena kita menuntut si provokator untuk ikut
berpikir lagi tentang apa yang dilontarkannya ke kita. Jika si provokator ini
asal bicara ke kita, tentu akan kelihatan nantinya, apakah komentar dari si
provokator ini benar-benar berbobot atau asal bunyi.
Kalaupun benar-benar
berbobot, tentu kita tidak ada ruginya, kita telah menemukan orang yang tepat
dan yang mengerti tentang pekerjaan kita sehingga nantinya terdapat berbagai
masukan positif ke kita.
Berikut
ini adalah ciri-ciri orang proaktif;
·
Respon dari orang yang
proaktif terhadap stimulus merupakan produk atau hasil dari pilihan sadar
mereka, berdasarkan nilai.
·
Tidak menyalahkan
keadaan, kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka.
·
Tetap dipengaruhi oleh
stimulus luar, namun respon mereka terhadap stimulus tersebut , sadar atau tidak
sadar, didasarkan pada pilihan atau respon berdasarkan nilai tertentu.
·
Digerakkan oleh
nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati.
·
Bahasa-bahasa
proaktif; “ mari kita lihat alternative yang kita miliki”, “”saya dapat memilih
pendekatan yang berbeda”, “saya akan memilih respon yang sesuai”, “ini salah
saya dan saya akan bertanggung jawab”, “saya akan memperbaiki nilai ulangan
saya”
Ada 2
jenis Lingkaran dalam Sikap Hidup Anda, berdasarkan Buku Stephen R Covey, 7
Habits, yakni Lingkaran Pengaruh dan Lingkaran Kepedulian.
1. Lingkaran Pengaruh adalah Hal-hal yang berada
dalam Pengaruh Anda sendiri dan Dapat Anda Kendalikan, Manfaatkan atau Daya
Gunakan. Hal yang menjadi Pilihan Anda
baik Langsung atau Tidak Langsung.
Hal-hal dalam Lingkaran Pengaruh diantaranya adalah : Perkataan, Sikap
Tubuh, Tindakan, Gerakan Tangan dan Kaki, Sorot Mata, Suasana Hati, Perasaan
dan Emosi serta lainnya. Hal yang mampu
Anda Pengaruhi sebagai Pilihan adalah Hal dalam Lingkaran Pengaruh.
2. Lingkaran Kepedulian adalah Hal-hal yang
berada di Luar Jangkauan Anda untuk dapat dipengaruhi dan mengikuti kehendak
Anda. Anda tidak mampu mempengaruhi
sedikitpun Hal tersebut untuk sesuai dengan keinginan. Hal-hal dalam Lingkaran Kepedulian hanya bisa
disikapi dengan Cara Anda membawa Diri Sendiri.
Semua Faktor diluar Kuasa Anda adalah Hal yang masuk dalam Lingkaran
Kepedulian, seperti Atasan, Bawahan, Rekanan, Kolega, Cuaca, Jalan, Lingkungan
dan lainnya. Kemampuan dan Kemauan Anda
menjaga Sikap Diri Sendiri berdampak terhadap Luas Lingkaran Kepedulian yang
Mengecil dan Memperbesar Lingkaran Pengaruh
Lalu bagaimana caranya agar menjadi Manusia
Sebab atau proaktif? Tips agar kita jadi orang yang proaktif.
#Pertama :
Bertanggung Jawab.
Tanggung jawab mengartikan bahwa kamu akan
menyelesaikan apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dijadikan kewajiban
dan tugas. Kamu harus bertanggung Jawab
dengan semua tindakan. Kamu adalah pilot
bagi Kehidupanmu sendiri dimana Baik dan Buruknya adalah Konsekuensi dari
Pilihanmu sendiri.
#Kedua : Tindakan Sadar berdasarkan Nilai yang
Diyakini.
Bertindak dengan pemikiran jelas dan kondisi
tenang serta yakin akan dampak yang timbul merupakan salah satu pembelajaran
sebagai pribadi yang proaktif. Seorang
pilot yang tengah menghadapi badai akan melakukan segala hal demi keselamatan
pesawat dan penumpangnya. kesadaran,
keyakinan dan nilai atau prinsip sebagai pedoman pengambilan keputusan.
#Ketiga : Berpikir sebelum Bertindak.
Pada saat kamu sadar telah memilih sebuah
keputusan untuk bertindak, tentu kamu telah melakukan analisa dan pemikiran
mendalam. Seorang pilot tidak akan
Bertindak berdasarkan perasaan atau feeling semata, namun semua keputusan telah
didasari pikiran dan analisa yang tepat serta akurat. Hindari pengambilan keputusan pada saat
suasana hati tengah galau karena sangat riskan menjadi keputusan yang buruk.
#Keempat : Kemampuan Mengambil Keputusan.
Keputusan tidak mudah untuk diambil, walau
banyak masukan dan saran, karena ada konsekuensi dari akibat kamu telah
melakukan pengambilan keputusan. Dalam
situasi buruk dan ekstrim pun kamu harus mengambil keputusan. Sebagai seorang pilot yang tengah menghadapi
badai, pilihanmu hanya dua : Bertindak aktif menyelamatkan penumpang atau
pasrah membiarkan badai menghempas.
#Kelima : Berpikir Jernih.
Dalam situasi seperti apapun juga kamu
dituntut untuk mampu berpikir tenang dan jernih. Emosimu tidak terpancing oleh kondisi dan
situasi. Istilah umum adalah hati boleh
Panas kepala tetap dingin. Ditengah
badai seorang pilot dilarang untuk panik dan kalut sehingga mengambil keputusan
yang salah. Sebagai pilot kamu harus
tetap tenang dan mengambil keputusan terbaik.
Walau jantung berdegup kencang dan hati guncang namun benak dan
pikiranmu harus dijaga tetap jernih dan dingin.
#Keenam : Fokus.
Dalam artian setiap tindakanmu adalah fokus pada
hal yang bisa diubah dan kamu cukup khawatir dengan hal yang sulit diubah. Kamu tidak terpancing dengan lingkungan yang
sulit sehingga menghilangkan arah dan tujuan.
Seorang pilot tidak akan menggerutu dengan badai yang datang tiba-tiba,
namun berkonsentrasi memfokuskan pikiran dan tenaganya untuk melakukan yang
terbaik melewati terjangan badai.
So, pilih mana? Manusia Sebab atau Manusia
Akibat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar